Minggu, 03 April 2011

cerpen

CERPEN


Siang itu…seorang gadis berjalan gontai dengan kepala tertunduk seolah memikirkan sesuatu, agaknya ia tengah dirudung masalah. Gadis itu bernama Joya, sejak kemaren ia memang terlihat melamun dan menyendiri.

“Hei…jalan kok sambil melamun sich? Da masalah ya sob? Cerita donk…”desak Tia, sahabat karibnya.
Sambil mengangkat kepala dengan mata sayu Joya menjawab, “Ya…kenapa kamu tidak menjauhiku seperti yang lainnya? Apa kamu tidak malu berteman dengan gadis sepertiku?”

“Sob,kamu bicara apa sich? Aku nggak ngerti maksud omongan kamu, lagian aku kan baru pulang dari Bandung, masa ia kamu lupa?”
“oh…. Maaf kalau begitu” jawab Joya singkat, tanpa menaruh sepintas harapan menyambungnya.
***
Hari berganti hari, setitik kesalahan pun kini berubah jadi bongkah penyesalan.

“Tuhan….apa yang harus aku lakukan?” gumam Joya berurai air mata.
Tak sanggup Joya mengingat kejadian malam itu, ketika Ia dan Donal pacar pertamanya pergi jalan-jalan untuk merayakan satu tahun kebersamaan mereka.
Malam yang dingin, dan Suasana yang sepi menambah keabrahan bulan dan bintang hingga malam berubah penuh gelora dan irama keromantisan. Malam dimana mereka larut dalam suasana yang saling mereka rindukan.

Tiba-tiba bayang-bayang itu muram, butir-butir air mata mulai membasahi wajah jelitanya. Isakan tangispun terdengar, hingga malam berubah dan rembulan enggan bercumbu lewat remang malam. Semuanya berubah….angan dan harga diri yang ia bangun dengan prestasi dan prinsip hidupnya pun kini telah ternoda.

Setelah pagi itu, ketika foto-fotonya bersama Donal tertera di madding sekolahnya, tak tau mau dikemanakan lagi malu, seakan merobek harga dirinya. Bagai tersambar petir Joya menjerit dan merobek gambar aibnya itu. Joya pergi berlari meninggalkan sudut mata yang sedari tadi memandangnya dengan sorotan tajam.
“Semuanya sudah berakhir…”ucap Joya lirih.
Hari-hari yang ia lalui berubah bagai neraka, semua orang mencemoohkannya…membencinya, tanpa peduli dengan prestasi masa lalunya.
Betapa tidak…??

Mulanya siapa yang tidak kenal Joya, anak XI IPA1 bahkan menorehkan namanya sebagai murid paling berprestasi. Ia juga cantik, anggun, pintar dan penuh dedikasi. Terlebih prinsip hidupnya yang hebat, baginya harga diri adalah tiang kehidupan.
Pelukan…,ciuman yang dianggap lumrah bagi remaja sekarang adalah suatu kebodohan besar baginya. “Intinya rasa cinta itu tidak bisa di buktikan dengan ciuman.”ucap Joya dengan penuh rasa bangga, tapi sekarang….??
Ucapannya justru berbanding terbalik dengan perbuatan dan realita yang ada. Ia malu….dan menyesal termakan omongan sombongnya.

Paginya, jam sudah menunjukkan 07.28 WIB ketika gadis berjaket itu keluar dari taxi. Jalannya pelan dengan kepala tunduk seolah malu menatap cahaya mentari yang berkilau.

Pagi ini benar-benar hari tersial untuknya. Joya menghela nafas dan berharap semua segera berakhir. Tapi takdir keberuntungan memang tidak lagi berpihak padanya. Akhirnya, Joya dikeluarkan dari sekolah karena terbukti melakukan perbuatan tercela itu. Keluarganya pun sangat sock dengan semua perbuatan yang dilakukan Joya. Bahkan ayahnya pun masuk rumah sakit karena jantungnya kumat mendengar kabar itu.
Ditambah lagi Donal yang menghilang dan lari dari tanggung jawabnya, hingga Joya harus menanggung aib dan derita itu sendirian. Semua orang menjauhinya….mencibir dan membencinya…bahkan tidak sedikit yang meludahinya sambil berkata “Ihh…. Anak tidak tahu malu”.
Tidak tahan dengan semua itu, Joya akhirnya kabur dari rumah dengan meninggalkan sepucuk surat yang berbunyi:

12 hari sudah Joya menghilang, hingga kabar duka itu terdengar. Joya meninggal dalam kecelakaan di jalan Imam Bonjol. Ketika itu, hujan sangat lebat yang mengguyur kota Padang. Joya yang merasa dirinya telah hancur dan ternoda tidak sanggup lagi menahan semua itu. Peristiwa itu masih terekam jelas dibenaknya, hingga ia harus dikeluarkan dari sekolah dan melukai hati kedua orang tuanya. Ia berjalan tampa arah, wajah Donal sepintas terbayang olehnya. Ia harus menemukan Donal sekarang juga, laki-laki itu harus bertanggungjawab atas semua ini, pikirnya.

“Nal…Donal…..Hei….”teriak Joya sambil berlari ketika melihat Donal diparkiran Jalan Imam Bonjol. Ia terus berlari menyeberang jalan mengejar Donal tanpa melihat kiri kanan hingga sebuah mobil yang melaju kencang menabrak dirinya.
“Joya…awas….”teriak Donal, dengan penyesalan yang mendalam Donal menghampiri Joya tapi semua sudah terlambat.

“Joya….bangun,..Joya….bangun…maafkan aku…!!”ucap Donal sambil memeluk tubuh Joya yang sudah kaku. Semua lengkap sudah…. Penderitaan yang ia tanggung selama ini benar-benar berakhir, tertanam bersama jiwa raganya yang penuh rasa sesal, sesal yang tak terobati dan tak kan pernah terobati hingga sejarah tak sanggup mencatatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar